Apakah Anda seorang workaholic atau orang yang gemar bekerja berlebihan? Sebaiknya Anda mulai waspada. Sebab, sejumlah penelitian terbaru menyatakan bahwa pekerja yang suka lembur memiliki risiko tinggi terkena stroke di kemudian hari.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal The Lancet pada 19 Agustus lalu. Penelitian pertama melibatkan lebih dari 600.000 pria dan wanita. Data kesehatan para partisipan ini diperoleh dari 25 riset yang dilakukan di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia dalam waktu rata-rata 8,5 tahun.
AGEN POKER TERPERCAYA
Dari penelitian yang dikepalai oleh Mika Kivimaki, profesor epidemiologi di University College London ini, ditemukan bahwa orang yang bekerja selama lebih dari 55 jam dalam sepekan memiliki risiko penyakit jantung yang lebih tinggi sebesar 13 persen, dibandingkan dengan yang bekerja pada waktu yang normal, yaitu 35 hingga 40 jam per pekannya.
Sementara itu, penelitian kedua menemukan bahwa orang yang bekerja selama lebih dari 55 jam dalam sepekan memiliki risiko lebih besar terkena stroke hingga 34 persen, dibandingkan mereka yang bekerja dalam waktu kerja yang standar. Penelitian kedua ini dilakukan terhadap 529.000 pria dan wanita yang dimonitor selama rata-rata 7 tahun.
Pada pekerja normal, yaitu yang bekerja tidak lebih dari 40 jam dalam seminggu, risiko terkena stroke lebih rendah 27 persen dibandingkan mereka yang bekerja selama 49-54 jam dalam sepekan.
Para peneliti menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi kondisi ini. Di antaranya adalah kurangnya pergerakan fisik, tingkat stres yang tinggi, serta kecenderungan mengonsumsi minuman beralkohol merupakan faktor-faktor utamanya.
"Banyak orang yang mungkin tidak mampu menurunkan jam kerja mereka. Jadi kita harus mulai mengubah pola pikir dan mendidik masyarakat bahwa aktivitas fisik merupakan salah satu bagian penting untuk proses penuaan yang baik serta untuk pencegahan berbagai penyakit," ujar Dr Paul Wright, kepala neurologi di North Shore University Hospital, New York seperti dikutip dari Medicine Net, Kamis (20/8/2015).
Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa orang yang lebih sering menghabiskan waktunya untuk bekerja cenderung jarang mengunjungi dokter untuk berkonsultasi seputar masalah kesehatan mereka. Dengan begitu, akan semakin sulit untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit-penyakit potensial tersebut.
Meskipun begitu, Mika Kivimaki menyatakan bahwa penelitian ini belum mampu menemukan kaitan langsung antara kecenderungan bekerja berlebihan dengan risiko stroke dan penyakit jantung lainnya. Namun, ia menyarankan agar para pekerja selalu memperhatikan tingkat aktivitas fisiknya, serta pola makan dan kualitas tidur. Selain itu, jangan menunda-nunda untuk melakukan medical check-up jika memang merasa ada masalah pada tubuh dan kesehatan.
"Risiko ini hampir sama buruknya dengan kebiasaan merokok yang meningkatkan risiko stroke sekitar 50 persen," ujar Dr Stephan Mayer selaku kepala perawatan neurocritical di Mount Sinai Health System, New York City.
Meskipun belum dipastikan adanya hubungan langsung, menurut Dr Stephan, penjelasan yang paling masuk akal adalah bahwa stres akan datang seiring jam kerja yang panjang. Sebab, biasanya akan ada tekanan pada diri sendiri untuk menunjukkan performa yang terbaik di kantor. Sehingga mereka tak hanya merelakan waktu bersama keluarga dan orang-orang yang dicintai, tapi juga merelakan waktu untuk beristirahat.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal The Lancet pada 19 Agustus lalu. Penelitian pertama melibatkan lebih dari 600.000 pria dan wanita. Data kesehatan para partisipan ini diperoleh dari 25 riset yang dilakukan di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia dalam waktu rata-rata 8,5 tahun.
AGEN POKER TERPERCAYA
Dari penelitian yang dikepalai oleh Mika Kivimaki, profesor epidemiologi di University College London ini, ditemukan bahwa orang yang bekerja selama lebih dari 55 jam dalam sepekan memiliki risiko penyakit jantung yang lebih tinggi sebesar 13 persen, dibandingkan dengan yang bekerja pada waktu yang normal, yaitu 35 hingga 40 jam per pekannya.
Sementara itu, penelitian kedua menemukan bahwa orang yang bekerja selama lebih dari 55 jam dalam sepekan memiliki risiko lebih besar terkena stroke hingga 34 persen, dibandingkan mereka yang bekerja dalam waktu kerja yang standar. Penelitian kedua ini dilakukan terhadap 529.000 pria dan wanita yang dimonitor selama rata-rata 7 tahun.
Pada pekerja normal, yaitu yang bekerja tidak lebih dari 40 jam dalam seminggu, risiko terkena stroke lebih rendah 27 persen dibandingkan mereka yang bekerja selama 49-54 jam dalam sepekan.
Para peneliti menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi kondisi ini. Di antaranya adalah kurangnya pergerakan fisik, tingkat stres yang tinggi, serta kecenderungan mengonsumsi minuman beralkohol merupakan faktor-faktor utamanya.
"Banyak orang yang mungkin tidak mampu menurunkan jam kerja mereka. Jadi kita harus mulai mengubah pola pikir dan mendidik masyarakat bahwa aktivitas fisik merupakan salah satu bagian penting untuk proses penuaan yang baik serta untuk pencegahan berbagai penyakit," ujar Dr Paul Wright, kepala neurologi di North Shore University Hospital, New York seperti dikutip dari Medicine Net, Kamis (20/8/2015).
Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa orang yang lebih sering menghabiskan waktunya untuk bekerja cenderung jarang mengunjungi dokter untuk berkonsultasi seputar masalah kesehatan mereka. Dengan begitu, akan semakin sulit untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit-penyakit potensial tersebut.
Meskipun begitu, Mika Kivimaki menyatakan bahwa penelitian ini belum mampu menemukan kaitan langsung antara kecenderungan bekerja berlebihan dengan risiko stroke dan penyakit jantung lainnya. Namun, ia menyarankan agar para pekerja selalu memperhatikan tingkat aktivitas fisiknya, serta pola makan dan kualitas tidur. Selain itu, jangan menunda-nunda untuk melakukan medical check-up jika memang merasa ada masalah pada tubuh dan kesehatan.
"Risiko ini hampir sama buruknya dengan kebiasaan merokok yang meningkatkan risiko stroke sekitar 50 persen," ujar Dr Stephan Mayer selaku kepala perawatan neurocritical di Mount Sinai Health System, New York City.
Meskipun belum dipastikan adanya hubungan langsung, menurut Dr Stephan, penjelasan yang paling masuk akal adalah bahwa stres akan datang seiring jam kerja yang panjang. Sebab, biasanya akan ada tekanan pada diri sendiri untuk menunjukkan performa yang terbaik di kantor. Sehingga mereka tak hanya merelakan waktu bersama keluarga dan orang-orang yang dicintai, tapi juga merelakan waktu untuk beristirahat.
Tag :
Kesehatan
0 Komentar untuk "Resiko dari Kerja Lembur"